Chalinop's Poem -"Every single poem on this blog is there for a reason"

Minggu, 28 Juli 2013

Hujan Bulan Juni

..Hujan bulan Juni..
Bagaimana bila diganti “Hujan Bulan Juli”?
Resahkah kau, Wahai Sapardi-ku..?
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Karena Juni
Bercerita soal ketahanan hati
Di antara pepohonan cemara, udara dingin dan gebyar hujan
Menyimpan rahasia yang ditaruh ke dalam secangkir kopi
lalu, apa kerja pohon berbunga yang kaumaksud itu?…

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Juni punya banyak mata-mata
Digoda oleh kaki-kaki nakal
Dan dihapus bersih ribuan huruf
Ragu tapi masih di Juni
Tiba-tiba saja, Juli merayu lebih mahal

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Juni adalah tukang timbun kronologi
Berkumpul ramai di bawah samudera
Lalu, Membisu agar lainnya menjadi sederhana
Dijilati , dikunyah dan ditelan
Namun, Di Juli, Hujan semakin deras
Dan Juli  menyimpan taktik rindunya sendiri di akar pepohonan itu
Berharap, Agar setiap musim kuasa mendentumkan kata sebuah rindu dengan elegan…

Hujan Bulan Juni adalah kreator rindu
Hujan Bulan Juli adalah Rindu yang menyebar kemana-mana…
Wahai, Kekasihku, Sapardi, Beginikah rindu yang kaumaksud itu?…

Rabu, 22 Agustus 2012

Armijn Navaro

Terlahir sebagai Armijn Navaro
Anak pertama, Lelaki pertama,
Harapan pertama di kehidupan pertama,
Itulah sedikit identitasku

Suatu awal adalah keindahan
Walau tak selalu begitu..
Kerap episode selanjutnya
Tak pernah sama dengan sebelumnya
Bahkan tak pernah terlintas di kepala
Seperti matahari yang tak selalu terbit, Ia pun juga terbenam...

Aku merangkak, membersihkan keringat, berjuang,
Agar mampu terlepas dari periode itu..

Seiring waktu berjalan
Aku dapat membusungkan dada
Meski aku sadar perjuanganku belum selesai...

Bersama cinta, Aku kejutkan dunia
Kecupan di kening Ibunda,
Membawa aku tancapkan tombak
Aku berdiri gagah saat ini,
Karena Aku Armijn Navaro, masa lalu, masa sekarang dan masa depan...

Manusia punya kisahnya masing-masing
Aku juga memiliki ceritaku,
Sekarang yang menjadi pertanyaan, "Seberapa hebat kau mampu menciptakan ceritamu sendiri dan pembaca menjadi kagum karena kau kuasa mengubah alur ceritamu dari yang hambar-biasa saja-buruk menjadi sebuah alur cerita yang membuat orang  terkesan dan bertepuk tangan bangga karena membaca ceritamu itu?"


Sebelum ujur menghampiri, beri aku waktu mengunakan tubuhku tuk menggilas -kerikil-kerikil tajam
Dan biarkan Alam semesta berada di sampingku tuk tak lelah mendukung dan menuturkan doa-doa buatku...

Ibunda, sabar ya, sebentar lagi aku akan jadi Arjuna sejati yang tak mengenal kata "Kalah".



Note: Nama Armjin Navaro menjadi inspirasi untuk cerita anak yang berkisah dua bocah kecil berbeda ras, nasib, ketampanan, kehidupan sosial, pemikiran, tetapi mereka selalu ditakdirkan bersama..Tunggu Ceritanya...


Sabtu, 10 Maret 2012

Sajak Kecil Tentang Cinta ~Sapardi Djoko Damono dan Diikuti oleh SN


Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjelma aku


* Mencintai angin harus menjadi siut~(Sapardi)
~SN~
Angin, itukah namamu?
Jika iya, mengapa bilik tak pernah bosan mencintaimu
Di sini tlah terbang berkali-kali, berdesing tak hanya sekali
Ya, kau bawa aku bernyanyi bersama nyaring siulanmu
Jadi pandaikah aku bila aku menjelmamu?
Karena berkali-kali pula, berbagai prahara cinta kau tebaskan
Lunglai berulang-ulang hingga batin menciut sakit
Tak ubahnya Gejolak kasmaran bertubi-tubi datang dan datang kembali
Sudah pantaskah aku berada di sampingmu, Angin?
Jatuh dan bangun sekian kali pada satu nama;Angin
* Mencintai air harus menjadi ricik ~Sapardi~
~SN~
Air, Ya seperti itu aku mencintaimu, mengalir..
Ruang ini menggigil terpapar, mendengar panggilanmu
Rela disambut suara, bergelombang gemuruh tinggi
Aku pun teringat kecupan-kecupan nakalmu di musim dingin saat itu
Bisikan-bisikan cintamu menyeruak, beningkan hati keruh
Samudera, katamu tak bisa pisahkan kita karena
Ujung-ujungnya kita kan bertemu, tak usah hirau ia bergemericik tenang atau deras
“Itulah aku sebagai air, pasang surut itu hanyalah sebuah kisah tuk memenuhi perjalanan kita,”ucap kekasihku, Air..
* Mencintai gunung harus menjadi terjal ~Sapardi~
~SN~
Gunung, benarkah harus menggapaimu menapaki curam?
Bukankah kau berdiri tegak gagah untuk hanya menarik perhatianku?
Jika begitu, mengapa harus ada keringat keluar dan penjuangan tiada henti?
“Cinta itu perlu pembuktian. Bila pengorbananmu diberi tanda penghargaan, berarti kau cinta aku,” itu alasanmu, sayangku, wahai sang gunung.
“Lalu, bagaimana pembuktianmu terhadap aku, kekasih?” tanyaku.
“Aku ciptakan tebing dari kedua kakiku, sebagai penyanggah ketika kau lemah, dan tubuhku terbentang luas, aku buat untuk memelukmu erat sekaligus memberimu kenyamanan. sejuknya aku agar kita selalu berhawa kasmaran.” “Aku adalah lawan jenismu, terlahir mencintaimu, dan tak ada cinta tanpa terjal. aku pun lahir penuh terjal, biar dunia tahu, cinta itu harus menjadi kokoh sampai akhir jaman merenggut kita dari alam,” lanjutmu, pangeran gunung.
* Mencintai api harus menjadi jilat ~Sapardi~
~SN~
Ah, kobaran asmara amat bergeliat di dinding sukma
Tak kuasa menahan liukan gelora, menarikku turut terbakar
Cahaya menari di pusaran, tak henti merayu dan menggoda
Mencintaimu, aku hangus. Namun tak pudar, melainkan tergenggam
Menyatu dalam baramu. Aku dan kau menjadi Api. Meletup rongga bahagia.
Di udara menari semangat tuk selalu bangun mendekap cinta dan kehidupan.
Begitulah seharusnya hidup, saling menjalar satu sama lain, hanya tuk menyatu.
Ya, aku dan kau, adalah satu.
* Mencintai cakrawala harus menebas jarak ~Sapardi~
~SN~
Cakrawala,ilmu dan energiku harus sepenuh bimantara. Luas.Luas sekali.
Sudah sepatutnya mampu membaca, siapa dirimu- belahan jiwaku.
Semua bisa dilangkahi. Semua aral mampu ditebang.
Mata hati terbuka. Jalan terbuka. Membuka aku tuk dirimu.
Tak peduli seberapa jauh jarak, aku dan kau menerjang dunia.
Tak hanya tuk meraih, tapi jua mempertahankan cinta.
* Mencintaimu harus menjelma aku~Sapardi~
~SN~
Ya, aku adalah aku. bukan dia, dia, dia atau siapapun.
Aku, diri sendiri. Perempuan, apa adanya aku.
Lagi-lagi aku..tak pernah jemu menggagumimu. Memujamu.Menikmatimu.
Aku. Perempuan.Bukan jelmaan. Bukan imajinasi. Tuhan, jaman, perjalanan , maka muncullah aku.
Lebih atau kurang, inilah aku. Perempuan yang berkali-kali mencintai kau.
Aku dan kau; Sampailah di akhir hayat, Tuhan..!!

Senin, 12 Desember 2011

"Asmara"


Asmara…
Panggil-panggil denyut jantungmu
Agar menggema di telingaku
Dan hadir melepas kerinduanku
Serta membawa kabur langit mendung

Asmara…
Deru nafas merangkai puji memabukkan
Menguntai syair cinta bertinta merah hati
Kau kecup tiap kata tuk terhubung di ronggaku
Maka pelangi muncul menggeser abu-abu

Asmara…
Belantika kama mengudara, menandakan
Kau mengelilingiku di tiap jantung berdetak
Merdu tembang pita suaramu membangkitkan
Roman berseri-seri menundukan parasku tersipu

Asmara…
Merajai kasmaran sepasang insan
Dua hati terpaut enggan terbelah
Merajut senyum berangkap-rangkap
Duet symphony cinta pun bertebaran

Asmara…
Datanglah berkali-kali
Hanya satu dirimu saja
untuk sepanjang masa…

Rabu, 14 September 2011

"Pamflet Cinta"


Ha, datang membawa sinar baru.
Dan mengenal dirimu adalah suatu yang baru.

Zaman memang berusia tua.
Aku pun turut dimakan olehnya.
Di sini aku berkisah kekasihku.
Di sana kau berceloteh kekasihmu.
Tak ada cemburu? itu pasti kebohongan.
Namun kita tak pernah putus.
Aku ikuti kemana arah angin meniupmu.
Dan kau selusuri kemana jejak menyembunyikan aku.

Dari beragam rupa.
Dari dinding-dinding dingin.
Dari ribuan malam yang selalu membuntuti.
Wajahmu tetap di jajaran atas.
Dan pada di sudut malam yang kesekian kali.
Aku merindukan semua dirimu.
Kaca pun muncul membantu lukiskan bayanganmu.
Ya, aku dan kaca. Memang ada sepi, namun ada kamu..

Kita bukan pujangga. Tak ada kalimat puitis.
Semua kata terlontar begitu saja.
Berserakan di antara dua samudera.
Jua Para angin yang menjemput sebuah rasa.
Rasa beraksara..’CINTA”..

Tiap musim kita bercengkrama.
Dan menempel di kulit bumi.
Ibarat kamu yang selalu punya ‘Sticker’ di hatiku.
Laut memang pernah tak mampu aku arungi.
Namun ada musim yang kuasa aku nyanyikan untuk dirimu.
Dan kamu selalu memberi ‘Label’ pada nada-nada untaianku.

Benar angin bisa menyapu debu.
Tapi Angin tak pernah bisa menghapus kenangan.
Langit pernah berujar pada Bumi, “Ini pertanda harapan masih tergenggam”.
Dan aku hanya tertawa..HaHaHa..
Ya tertawa saja, takut bila harapan itu menjadi lenyap
Dan aku jadi bersedih karena kehilangan itu semua.

Hemm, sepuluh tahun.
Coba kamu hitung, apa benar jumlah angkanya.
Sepuluh tahun bukan waktu yang sedikit.
Di awali jurusan salah satu kota di Papua,
Lalu berpindah ke mata-mata yang sipit,
kemudian, berakhir di negeri dimana mimpi menjadi kenyataan.
Sayang, orang lain belum tentu mengerti jurusan-jurusan kita.
Itu semua landasan yang kita lalui.

Detik ini, aku ingat kembali landasan-landasan itu.
Dan sudah pasti, semuanya bergambar dirimu.
Terkadang diriku hadir di lintasan-lintasan itu bersamamu.
Terkadang ada gurat kebahagiaan. Terkadang ada sirat kesedihan.
Tapi bukankah begitu, hidup adalah campuran nyawa bahagia dan kesedihan.

Menyayangi dirimu adalah kebahagiaan.
Dan Kehilangan dirimu adalah kesedihan.
Aku memang belum benar-benar kehilanganmu,
Tapi aku berada di pertengahan garis.
Dan ujung garis tersebut terbagi dua jalur.
Apakah aku harus terus berjalan hingga ke ujung?
Bila aku sampai disana, jalur mana yang harus aku ikuti?
Ha, masihkah matahari terbit di garis derajat yang sama?
JIka Ia, masihkah tumpukan-tumpukan rasa itu mengendap di hatimu
Ah, aku tersenyum padamu dari segala penjuru
Sumpah aku tak tahu harus bagaimana..

Bisa tidak ya tujuh penjuru menyampaikan kerisauan dan penyesalan aku ini kepadamu?
Oh, bagaimana jika purnama malam ini saja, mengatakan,”Aku masih merindukan dan menanti “.
Semoga pesan-pesanku terbaca dan sampai di penglihatanmu…

Ya..Ya..Kusebarkan saja pamflet cinta ini pada bumi..
Berharap sepuluh tahun itu kita hentikan di tahun ini juga,
Bagaimana Ha, kita matikan saja masa untuk tahun-tahun selanjutnya,
Mari kita bertemu di satu titik..


—Tulisan inii Terinspirasi dari WS Rendra “Pamflet Cinta”—

Minggu, 31 Juli 2011

"Selamat Pagi Beib"

Selamat pagi Beib. Aku ingin selalu mengucapkan selamat pagi ini untukmu kapan saja. Bisa di siang hari, sore, malam atau bila kita tidak sedang bertemu sekalipun. Pagi, kamu tahu Beib? Aku selalu suka dengan pagi. Di pagi hari semua warna, makhluk hidup, alam, bahkan benda mati, semua mengeluarkan sinar keaslian sendiri. Dan aku ingin menyapamu dengan memberikan lahir dan batinku apa adanya. Walau aku tahu, aku tidak sempurna, tapi beginilah aku. Terserah Beib, kamu mau terima atau tidak. Tentu, aku mengharapkan My Beib mampu merasakan aura, rasa, tubuh dan prilaku yang aku persembahkan.

Beib, kecuplah keningku setelah aku menuturkan ‘Selamat pagi’ kepadamu. Jika aku tidak ada di hadapanmu, bayangkanlah udara itu adalah keningku, Beib. Dan bagaimana bila kau telat bangun pagi dan baru merangkak di siang hari? Lihatlah ke langit biru, Beib. Ia masih memancarkan biru, bukan? Biru, warna kesukaanmu, Beib. Tidak usah jauh berpikir untuk ke pantai-hembuskan angin sepoi-mencium aroma ombak-dan mendekap rona biru laut. Singkirkan dulu, terik matahari yang menganggumu, Beib. Coba Beib menggeledah langit untuk mencari keningku. Pasti Beib temukan, karena kau selalu mengantung biru di sakumu, Beib.

Apabila kau terjebak waktu di pagi dan siang, maka terima saja rayuan senja di bumi. Telusuri secara melompat di tiap gradasi senja. Aku akan ada di sana menantimu dan mungkin bukan kening saja yang ku berikan, tapi juga kedua mata ini. Kedua mata yang selalu memandang keseluruhan pagi bersama biru dan juga saat kau merintih akan biru. Jendela mata milikku sudi menerima segala bentuk birumu, Beib, apapun itu ia bergejolak. Bibirmu akan membawa nuansa kian roman, karena aku sudah kuasa melukiskan-bagaimana sentuhan bibirmu nanti terdampar di kening dan kedua mataku, Beib. Beib, kau masih mendengarkan aku? Pasang terus telepatimu, ya Beib!

Nah, Apa kabar dengan siempunya malam, Beib? Sebegitu larutkah kau kecup aku hingga rembulan terang meninggi? Ada apa dengan pagi, siang dan senja, Beib? Kau mungkin tidak pernah naik kereta, namun naiklah sesekali. Lihat gerak lintasannya. Cepat, Beib! Begitu juga hidup. Hidup selalu bergerak cepat. Jika kereta punya tempat asal dan tujuan lokasi, ia hanya akan berlari dari asal sampai tempat tujuan saja, kemudian ia berhenti. Tidak dengan hidup, ia akan terus menerobos lokasi, bahkan waktu, tanpa mengenal cuaca atau badai sekalipun. Kecepatan pergerakan hidup jauh lebih cepat dibandingkan kereta. Dan malam selalu terasa cepat bagi orang yang terlelap.

Masih paragraph mengenai malam, Beib. Dongakkan kepalamu ke atas langit, pilih satu bintang yang bertebaran di sana. Di satu bintang, aku duduk manis menunggu dekap erat hangat darimu, Beib. Untuk malam, aku beri pengecualian. Beib, boleh mengecup kening, kedua mata, hidung, kedua pipi dan bibir. Bahkan buat bibir, Beib boleh mencium tiga kali atau berkali-kali. Tapi aku tidak mau kau bosan mengecup aku, Beib! Seandainya Beib rindu padaku, berjalanlah menuju teras rumah dan kecuplah angin malam. Anggap ia adalah seluruh bentuk wajahku dan bebaskan hatimu untuk menubruk segala bentuk di parasku. Bila bibirmu sudah mendarat di keningku, hiruplah aku bagai wewangian segar di pagi hari. Karena aku mencintai pagi, Beib! Hilangkan kehadiran malam biar segelap apapun, tetapi munculkan kedatangan pagi di ufuk malam. Malam yang akan bekerja sama dengan pagi, mengurai segala ingatan, kerinduan, cinta dan kasih sayang ini.

Beib, pagi itu ialah suatu langkah awal untuk kaki melangkah meraungi hari ini dan juga hari-hari esok selanjutnya. Pagi selalu datang penuh senyuman gemilang, juga menyenangkan. Seperti rupamu yang menyenangkan, Beib. Pagi terisi segala rencana-rencana. Aku punya rencana di pagi ini; menulis kata batin di hati. Apakah kamu punya rencana di pagi ini? Masalah akan terwujud atau tidak, serahkan saja pada alam semesta, sebab ia akan menjulurkan tangan-tangannya, mengiring langkahmu. Aku tahu apa mimpi-mimpimu, Beib. Aku juga tahu harapan-harapanmu. Ayo, bisikan di pagi hari seraya tak lupa menabrak wajahku di gulungan udara atau angin sang pagi.

Beib, jika ketepatan telepatimu masih berfungsi, carilah aku di pagi hari. Biar siang, senja atau malam, anggap saja semua itu adalah pagi

Dedicated to: Para Beib sedunia..

Pernah Dimuat di kompas.com May 2011

"Dua Mata yang Berpaut"

Ketika laut berserah diri
Di saat itulah mereka mencari persembunyian
Untuk mata bertemu mata
Di balik pijaran lampu semesta
Dua dua berpadu menjadi satu
Nafas saling tertukar
Detak jantung saling terdengar
Aroma saling tercium

Alasannya,
Dua mata yang berpaut
Yang sulit dihindari,
Yang menghujani asmara,
Namun, begitu cepat di ranjang
Dan mengapa itu disebut ‘Dosa’..

Dan tetap Dosa itu terulang
Berkali-kali..
Saat laut telah malas di kelambunya